KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah tepat pada
waktunya yang berjudul “ Teori Ela Joy Lerhman dan Morten “.
Makalah ini ditulis
untuk memenuhi kebutuhan tuntutan perkembangan ilmu kebidanan. Makalah ini
telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya pada mata
kuliah Konsep Kebidanan.
Kami menyadari
makalah kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Yogyakarta,
14 Desember 2014
Kelompok 4
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................
i
DAFTAR
ISI.....................................................................................................
ii
BAB
I
PENDAHULUAN.................................................................................
1
A.
LATAR
BELAKANG...............................................................................
1
B.
RUMUSAN
MASALAH...........................................................................
1
C.
TUJUAN
MASALAH...............................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................
2
A.
TEORI ELA JOY LERHMAN DAN
MORTEN...................................... 2
B.
PENERAPAN ANTENATAL ATAU
PEMBERIAN ASUHAN PADA IBU............................................................................................................
4
BAB
III
PENUTUP.........................................................................................
7
A.
KESIMPULAN.........................................................................................
7
B.
SARAN.....................................................................................................
7
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 8
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan serta keb
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah kebidanan berjalan panjang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat. Model dalam kebidanan
mengadopsi dari beberapa model lainnya dan berdasarkan teori yang sudah ada
yaitu diantaranya teori Reva Rubin, sehingga tercipta sebuah model kebidanan
yang sesuai dengan filosofi kebidanan baik dari segi bidan sebagai profesi
maupun wanita dan keluarga sebagai rnes pelayanan asuhan kebidanan.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu
partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan
preventif.
Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antaralain perdarahan,
eklamsi, aborsi tidak aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda,
tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis
yang masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan
yang rendah.
Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian akibat
perdarahan dengan persalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh
tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik.
Ada lima teori yang mempengaruhi model kebidanan,
yaitu teori reva rubin, teori Ramona T
mercer, teori jean ball, teori ela joy lerhman dan morten, dan teori
ernestine wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai teori ela
joy lerhman dan morten.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman?
2.
Bagaimanakah
penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
apa itu teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Ela Joy
Lerhman dan Morten
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari
isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985
mempelajari peran bidan dalam memberi infomasi yang komperhensif dan
memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu pemeriksaan perut
dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Mereka mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam memberi
asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan perbedaan
antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang
impersonal yang dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman
mengidenfikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan
diberikan.
Teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek
dalam memberikan asuhan dalam ibu hamil dan memberikan pertolongan dalam
ibu bersalin. Lerhman dan koleganya
ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan
bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik.
Lehrman dan Morten mengemukakan 8 konsep yang
penting dalam pelayanan antenatal :
1.
Asuhan yang berkesinambungan
Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita
secara terus-menerus mulai dari awal kehamilan, persalinan, nifas dan post
artum agar klien dapat melewati masa-masa ini dengan baik.
2.
Keluarga sebagai pusat asuhan
Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat
penting karena keluarga adalah orang terdekat klien yang dapat memantau kien
secara terus menerus, sehingga dalam hal ini seorang bidan harus mempunyai
komunikasi yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-asuhan yang
dapat membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat
sang bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.
3.
Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari
asuhan
Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu
bentuk asuhan yang sangat penting. Selain itu, konseling juga merupakan bagian
yang sangat penting dalam pemberian asuhan kepada klien. Konseling bertujuan
agar bidan dan klien dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan dapat
memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
4.
Tidak ada intervensi dalam asuhan
Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan
kesehatan tidak memberikan asuhan yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini
sang bidan harus mulai menganalisa, mengkaji dan memebrikan asuhan yang sesuai.
5.
Fleksibilitas dalam asuhan
Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan
praktiknya tidak boleh kaku saat melakukan tindakan atau pada saat memeberikan
asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan tindakan yang bidan lakukan.
6.
Keterlibatan dalam asuhan
Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan
atau bidan harus ikut berpatisipasi atau terlibat dalam melaksanankan asuhan.
Contohnya dengan membantu sang ibu untuk memberi nutrisi yang baik untuk janin
dengan memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga dengan membantu sang
ibu memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak hanya
menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan
tersebut.
7.
Advokasi dari pelayanan kebidanan
Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu
memeberikan inform consent atau oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada
klien sehingga ada persetujuan dari kedua belah pihak.
8.
Waktu
Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan
pelayanan atau asuhan tanpa mengenal waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan
asuhannya sesuai dengan batas waktu atau tepat waktu agar asuhan-asuhan yang
diberikan tidak tertunda-tunda.
Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang asuhan
Partisipatif kepada kliennya yaitu Bidan dapat melibatkan klien dalam
pengkajian, evaluasi dan perencanan. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau
ambil dari pelayanan antenatal. Misalnya : pendidikan tentang laktasi,
persiapan persalinan, senam hamil, pemeriksaan fisik seperti palipasi klien
akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat lehrman ini kemudian
diuji cobakan oleh Morten ( 1991 ) pada pasien post partum. Asuhan yang
partisipatif dalam kontkes pelayanan bidan di UK dibahasakan sebagai pilihan
dan control dari si wanita yang dilayani ( choise and on the part of the women
). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkaji dan merencanakan program asuhan yang
dilakukan bersama si penerima dan si pemberi asuhan.
Dari
hasil penerapan tersebut, Morten, dkk ( 1991 ) menambahkan 3 komponen lagi
kedalam 8 komponen yang telah dibuat
Lehrman , yaitu :
1.
Empowerment
( perbedayaan )
Suatu dalam member kekuasaan dan kekuatan. Bidan
melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan energy dan sumber dari
dalam diri klien. Indikatornya antara lain : penguatan/penegasan ( affirmation
) , memvalidasi , meyakinkan kembali dan memberi dukungan.
2.
Lateral
Relationship ( hubungan sesama )
Bidan menjalin hubungan yang baik terhadap klien,
bersikap terbuka ( self of openness ), sling menghargai ( mutual regards ),
sejalan dengan klien sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab misalnya
sikap empati atau berbagi pengalaman.
3.
Teknik
Terapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai Proses komunikasi
sangat bermanfaat dalam perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat
dilakukan dengan menunjukkan sikap : Mendengar yang aktif, menyelidik, mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor
(tidak bersifat kaku), tidak menuduh, tidak menghakimi, mendorong, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien,
dan menghargai hak klien. Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses
perkembangan dan penyembuhan misalnya:
ü Mendengar aktif
ü Mengkaji
ü Klarifikasi
ü Humor
ü Sikap yang tidak menuduh
ü Pengakuan
ü Fasilitas
ü Pemberi ijin
Hubungan
lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri
keterbukaan (self of openness),saling menghargai ( mutual regard), persamaan
posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator
hubungan lateral adalah : kesejajaran,empati,berbagai pengalaman/perasaan.
Lehrman
dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas
menunjukkan era praktik kebidanan.
B.
Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan
pada Ibu
1.
KEHAMILAN
Masa kemahilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhitung dari hari
pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional ibu serta perubahan
sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilakn kelahiran bayi sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir (normal),
namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu
pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kelahiran normal. Ibu
hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Tujuan asuhan antenatal adalah
:
·
Memperhatiakan perkembangan kemhamilan demi kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
·
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan
mental ibu dan bayi.
·
Mengenali sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi
yang terjadi pada kehamilan ibu.
·
Mempersiapkan proses persalinan yang cukup bulan,
normal dan keselamatan ibu dan bayi.
·
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
ibu dapat memberikan ASI eklusif.
·
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar bayi dapat tumbuh secara normal.
Asuhan antenatal yang
diberikan bidan pada masa kehamilan ibu adalah :
1)
Mengumpulkan data-data dari ibu, seperti :
§
Biodata
§
Riwayat kehamilan
§
Riwayat kebidanan
§
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
§
Riwayat sosial ekonomi
2)
Melakukan pemeriksaan fisik, contohnya :
§ Tekanan darah
§ Denyut jantung ibu
§ Gerakan janin
3)
Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan
kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat, seperti :
§ Mempersiapkan pertolongan dan tempat kelahiran serta keuangan untuk persiapan
persalinan.
§ Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi seperti, tempat dan
transportasi ke tempat rujukan, mempersiapkan donor darah, finansial, dan
memilih pembuat keputusan jika pihak pertama tidak ada ditempat.
4)
Memberi konseling pada ibu tentang gizi, perubahan
fisiologi, menginformasikan pada ibu untuk mencari pertolongan segera pada saat
mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan mempersiapakn kelahiran yang
bersih dan aman di rumah, menjaga kebersihan diri.
2.
PERSALINAN
Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan yang normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit.
Asuhan antenatal yang
diberikan bidan pada masa persalinan ibu adalah :
1)
Membantu ibu dalam persalinan jika ibu terlihat
gelisah.
2)
Memberi dukungan emosional pada ibu.
3)
Memberikan informasi atas kemajuan persalinannya.
4)
Memeberikan perhatian yang lebih kepada ibu.
5)
Menyarankan ibu untuk sering berjalan.
6)
Melibatkan suami atau ibunya untuk memberi semangat
sang ibu.
7)
Mengajarkan teknik bernafas.
8)
Memberi minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan
energinya tercukupi dan mencegah dehidrasi.
9)
Bidan harus melakukan pemantauan sesering mungkin
hingga bayi dilahirkan.
3.
MASA NIFAS
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya janin dan mencakup 6
minggu berikutnya.
Asuhan antenatal yang
diberikan bidan pada masa nifas kepada ibu adalah :
1)
Membersihkan bayi yang sudah dilahirkan.
2)
Mendekatkan bayi kepada ibu.
3)
Menganjurkan ibu untuk memeberi ASI awal kepada
bayinya.
4)
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
5)
Memastikan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
6)
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
7)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
dialami ibu atau bayinya.
8)
Memberikan konseling untuk KB.
9)
Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penerapan
dalam teori Ela Joy Lerhman dalam teori ini menjelaskan tentang asuhan
kebidanan yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal dan pelayanan
kebidanan antenatal pada ibu harus diberikan sesuai dengan prosedur
masing-masing tahap (kehamilan, persalinan dan nifas) dengan melibatkan
keluarga dan masyarakat. Sehingga asuhan yang diberikan benar dan bermanfaat.
Mempelajari
peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan memberikan nasehat
dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Untuk
pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama sipenerima
dan pemberi asuhan.
B.
Saran
Dalam
Teori Ella Joy Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek
praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan dalam
melakukan persalinan. Dalam hal ini Lehrman memberikan teknik pada bidan
tentang Asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu bidan dapat melibatkan klien
untuk bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Asri, Mufdlilah,
Kharimaturrahmah Ima. 2012. Konsep
Kebidanan Edisi Revisi.Yogyakarta. Nuha Medika.
Yulifah Rita,
Surachmindari. 2013.Konsep Kebidanan
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
Asrinah,dkk.
2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Estiwidani
Dwana,dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta.
Fitramaya.
Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Medical
Book.
Model kebidanan ini sebagai tolak ukur bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien sehingga akan terbina suatu
partnership dalam asuhan kebidanan. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
akan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang mengutamakan upaya-upaya promotif dan
preventif.
Faktor penyebab tinggi angka kematian tersebut antaralain perdarahan,
eklamsi, aborsi tidak aman, trauma kehamilan. Penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsi. Sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah anemia, kurang energi, dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda,
tua, sering, dan banyak). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis
yang masuk kategori mendasar, seperti ketidakberdayaan dan taraf pendidikan
yang rendah.
Banyak kematian ibu dapat dicegah dan diturunkan, misalnya kematian akibat
perdarahan dengan persalinan cepat dan tepat dan dengan ditolong oleh
tenaga-tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik.
Ada lima teori yang mempengaruhi model kebidanan,
yaitu teori reva rubin, teori Ramona T
mercer, teori jean ball, teori ela joy lerhman dan morten, dan teori
ernestine wiedenbach. Dalam makalah ini akan lebih dibahas mengenai teori ela
joy lerhman dan morten.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman?
2.
Bagaimanakah
penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
apa itu teori kebidanan menurut Ela Joy Lehrman.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana penerapan atau asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Ela Joy
Lerhman dan Morten
Telah dilakukan banyak penelitian untuk mempelajari
isi dan proses dari pemeriksaan antenatal. Robin dkk, 1983 dan Robinson 1985
mempelajari peran bidan dalam memberi infomasi yang komperhensif dan
memberikan nasehat dalam pelayanan kebidanan, seperti waktu pemeriksaan perut
dan memberikan nasehat tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Mereka mempelajari sejauh mana bidan mampu menunjukkan perannya dalam memberi
asuhan ibu bersalin. Macintyre ( 1980 ) dalam observasinya menemukan perbedaan
antara rhetoric resmi antara nilai asuhan antenatal dan corak asuhan yang
impersonal yang dialami seorang ibu diklinik spesialis. Lerhman
mengidenfikasikan konsep yang menggaris bawahi asuhan antenatal yang akan
diberikan.
Teori ini mengharapkan bidan dapat melihat semua aspek
dalam memberikan asuhan dalam ibu hamil dan memberikan pertolongan dalam
ibu bersalin. Lerhman dan koleganya
ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman seorang wanita dengan kemampuan
bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktik.
Lehrman dan Morten mengemukakan 8 konsep yang
penting dalam pelayanan antenatal :
1.
Asuhan yang berkesinambungan
Seorang bidan harus memeberikan asuhan kepada wanita
secara terus-menerus mulai dari awal kehamilan, persalinan, nifas dan post
artum agar klien dapat melewati masa-masa ini dengan baik.
2.
Keluarga sebagai pusat asuhan
Keluarga adalah salah satu pusat asuhan yang sangat
penting karena keluarga adalah orang terdekat klien yang dapat memantau kien
secara terus menerus, sehingga dalam hal ini seorang bidan harus mempunyai
komunikasi yang baik dengan keluarga terutama memeberikan asuhan-asuhan yang
dapat membantu sang ibu menjalani asuhan-asuhan tersebut di rumah pada saat
sang bidan tidak dapat memantau seara langsung, keluargalah yang berperan.
3.
Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari
asuhan
Memberikan informasi kepada klien adalah salah satu
bentuk asuhan yang sangat penting. Selain itu, konseling juga merupakan bagian
yang sangat penting dalam pemberian asuhan kepada klien. Konseling bertujuan
agar bidan dan klien dapat memahami satu sama lain, sehingga bidan dapat
memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
4.
Tidak ada intervensi dalam asuhan
Artinya dalam pelayanan atau memberi asuhan, pelayan
kesehatan tidak memberikan asuhan yang tidak seharusnya. Maka dalam hal ini
sang bidan harus mulai menganalisa, mengkaji dan memebrikan asuhan yang sesuai.
5.
Fleksibilitas dalam asuhan
Penerapnnya adalah seorang bidan dalam melakukan
praktiknya tidak boleh kaku saat melakukan tindakan atau pada saat memeberikan
asuhan, agar pasien merasa nyaman dengan tindakan yang bidan lakukan.
6.
Keterlibatan dalam asuhan
Dalam memebrikan asuhan, seorang pelayan kesehatan
atau bidan harus ikut berpatisipasi atau terlibat dalam melaksanankan asuhan.
Contohnya dengan membantu sang ibu untuk memberi nutrisi yang baik untuk janin
dengan memebrikan beberapa makanan bergizi atau bisa juga dengan membantu sang
ibu memandikan bayi. Intinya adalah pelayan kesehatan atau bidan tidak hanya
menyampaikan teori-teori saja tapi juga harus terlibat dalam praktik asuhan
tersebut.
7.
Advokasi dari pelayanan kebidanan
Tenaga kesehatan menerapkan teori ini dengan selalu
memeberikan inform consent atau oersetujuan sebelum melakukan tindakan kepada
klien sehingga ada persetujuan dari kedua belah pihak.
8.
Waktu
Seorang bidan yang profesional akan selalu memberikan
pelayanan atau asuhan tanpa mengenal waktu dan bidan tersebut mampu meyelesaikan
asuhannya sesuai dengan batas waktu atau tepat waktu agar asuhan-asuhan yang
diberikan tidak tertunda-tunda.
Lehrman memberikan teknik pada bidan tentang asuhan
Partisipatif kepada kliennya yaitu Bidan dapat melibatkan klien dalam
pengkajian, evaluasi dan perencanan. Pasien/klien ikut bertanggung jawab atau
ambil dari pelayanan antenatal. Misalnya : pendidikan tentang laktasi,
persiapan persalinan, senam hamil, pemeriksaan fisik seperti palipasi klien
akan melakukan pada tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat lehrman ini kemudian
diuji cobakan oleh Morten ( 1991 ) pada pasien post partum. Asuhan yang
partisipatif dalam kontkes pelayanan bidan di UK dibahasakan sebagai pilihan
dan control dari si wanita yang dilayani ( choise and on the part of the women
). Hal ini dimaksudkan sebagai pengkaji dan merencanakan program asuhan yang
dilakukan bersama si penerima dan si pemberi asuhan.
Dari
hasil penerapan tersebut, Morten, dkk ( 1991 ) menambahkan 3 komponen lagi
kedalam 8 komponen yang telah dibuat
Lehrman , yaitu :
1.
Empowerment
( perbedayaan )
Suatu dalam member kekuasaan dan kekuatan. Bidan
melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan energy dan sumber dari
dalam diri klien. Indikatornya antara lain : penguatan/penegasan ( affirmation
) , memvalidasi , meyakinkan kembali dan memberi dukungan.
2.
Lateral
Relationship ( hubungan sesama )
Bidan menjalin hubungan yang baik terhadap klien,
bersikap terbuka ( self of openness ), sling menghargai ( mutual regards ),
sejalan dengan klien sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab misalnya
sikap empati atau berbagi pengalaman.
3.
Teknik
Terapeutik
Teknik terapeutik dijelaskan sebagai Proses komunikasi
sangat bermanfaat dalam perkembangan dan penyembuhan. Teknik terapeutik dapat
dilakukan dengan menunjukkan sikap : Mendengar yang aktif, menyelidik, mengkaji dan mengklarifikasi masalah, humor
(tidak bersifat kaku), tidak menuduh, tidak menghakimi, mendorong, jujur, mengakui kesalahan, memfasilitasi klien,
dan menghargai hak klien. Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses
perkembangan dan penyembuhan misalnya:
ü Mendengar aktif
ü Mengkaji
ü Klarifikasi
ü Humor
ü Sikap yang tidak menuduh
ü Pengakuan
ü Fasilitas
ü Pemberi ijin
Hubungan
lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri
keterbukaan (self of openness),saling menghargai ( mutual regard), persamaan
posisi sehingga mendorong rasa kebersamaan diantara bidan dan klien, indicator
hubungan lateral adalah : kesejajaran,empati,berbagai pengalaman/perasaan.
Lehrman
dan Morten et al memberikan suatu model praktik kebidanan secara jelas
menunjukkan era praktik kebidanan.
B.
Penerapan Pelayanan Antenatal atau Pemberian Asuhan
pada Ibu
1.
KEHAMILAN
Masa kemahilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhitung dari hari
pertama haid terakhir.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional ibu serta perubahan
sosial dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilakn kelahiran bayi sehat, cukup bulan, melalui jalan lahir (normal),
namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu
pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kelahiran normal. Ibu
hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa drinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Tujuan asuhan antenatal adalah
:
·
Memperhatiakan perkembangan kemhamilan demi kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi.
·
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan
mental ibu dan bayi.
·
Mengenali sejak dini ketidaknormalan atau komplikasi
yang terjadi pada kehamilan ibu.
·
Mempersiapkan proses persalinan yang cukup bulan,
normal dan keselamatan ibu dan bayi.
·
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
ibu dapat memberikan ASI eklusif.
·
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar bayi dapat tumbuh secara normal.
Asuhan antenatal yang
diberikan bidan pada masa kehamilan ibu adalah :
1)
Mengumpulkan data-data dari ibu, seperti :
§
Biodata
§
Riwayat kehamilan
§
Riwayat kebidanan
§
Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
§
Riwayat sosial ekonomi
2)
Melakukan pemeriksaan fisik, contohnya :
§ Tekanan darah
§ Denyut jantung ibu
§ Gerakan janin
3)
Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan
kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat, seperti :
§ Mempersiapkan pertolongan dan tempat kelahiran serta keuangan untuk persiapan
persalinan.
§ Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi seperti, tempat dan
transportasi ke tempat rujukan, mempersiapkan donor darah, finansial, dan
memilih pembuat keputusan jika pihak pertama tidak ada ditempat.
4)
Memberi konseling pada ibu tentang gizi, perubahan
fisiologi, menginformasikan pada ibu untuk mencari pertolongan segera pada saat
mendapati tanda-tanda bahaya, merencanakan dan mempersiapakn kelahiran yang
bersih dan aman di rumah, menjaga kebersihan diri.
2.
PERSALINAN
Persalian adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan yang normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan tanpa disertai adanya penyulit.
Asuhan antenatal yang
diberikan bidan pada masa persalinan ibu adalah :
1)
Membantu ibu dalam persalinan jika ibu terlihat
gelisah.
2)
Memberi dukungan emosional pada ibu.
3)
Memberikan informasi atas kemajuan persalinannya.
4)
Memeberikan perhatian yang lebih kepada ibu.
5)
Menyarankan ibu untuk sering berjalan.
6)
Melibatkan suami atau ibunya untuk memberi semangat
sang ibu.
7)
Mengajarkan teknik bernafas.
8)
Memberi minum yang cukup kepada ibu agar kebutuhan
energinya tercukupi dan mencegah dehidrasi.
9)
Bidan harus melakukan pemantauan sesering mungkin
hingga bayi dilahirkan.
3.
MASA NIFAS
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya janin dan mencakup 6
minggu berikutnya.
Asuhan antenatal yang
diberikan bidan pada masa nifas kepada ibu adalah :
1)
Membersihkan bayi yang sudah dilahirkan.
2)
Mendekatkan bayi kepada ibu.
3)
Menganjurkan ibu untuk memeberi ASI awal kepada
bayinya.
4)
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
5)
Memastikan ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
6)
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
7)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
dialami ibu atau bayinya.
8)
Memberikan konseling untuk KB.
9)
Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penerapan
dalam teori Ela Joy Lerhman dalam teori ini menjelaskan tentang asuhan
kebidanan yang berperan dalam pelayanan pada masa anternatal dan pelayanan
kebidanan antenatal pada ibu harus diberikan sesuai dengan prosedur
masing-masing tahap (kehamilan, persalinan dan nifas) dengan melibatkan
keluarga dan masyarakat. Sehingga asuhan yang diberikan benar dan bermanfaat.
Mempelajari
peran bidan dalam memberi informasi yang komperensif dan memberikan nasehat
dalam pelayan kebidanan tentang laktasi dan asuhan kesehatan selama kehamilan.
Untuk
pengkajian dan merencanakan program asuhan yang dilakukan bersama sipenerima
dan pemberi asuhan.
B.
Saran
Dalam
Teori Ella Joy Lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek
praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan dalam
melakukan persalinan. Dalam hal ini Lehrman memberikan teknik pada bidan
tentang Asuhan Partisipatif kepada kliennya yaitu bidan dapat melibatkan klien
untuk bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Asri, Mufdlilah,
Kharimaturrahmah Ima. 2012. Konsep
Kebidanan Edisi Revisi.Yogyakarta. Nuha Medika.
Yulifah Rita,
Surachmindari. 2013.Konsep Kebidanan
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
Asrinah,dkk.
2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Estiwidani
Dwana,dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta.
Fitramaya.
Mufdlilah,dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta. Medical
Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar