MAKALAH
Keterampilan Dasar Kebidanan
“Teori Hendrik L Blum”
Dosen Pengampu : Dewi setyaningsih S. SiT
Dosen Pengampu : Dewi setyaningsih S. SiT
Disusun Oleh :
NIM
: 14150073 : Irma Mrisa
NIM : 14150074 : Melda
NIM : 14150075 : Devi Mulfika Sari
NIM : 14150076 : Jeniyanti
NIM : 14150077 : Eni Riyanti
NIM : 14150078 : Siti Maimunah Haji Pua D.
NIM : 14150079 : Arifatul Laili
NIM : 14150080 : Erma Yola Sari
NIM : 14150091 : Yulita Basilla
NIM : 14150074 : Melda
NIM : 14150075 : Devi Mulfika Sari
NIM : 14150076 : Jeniyanti
NIM : 14150077 : Eni Riyanti
NIM : 14150078 : Siti Maimunah Haji Pua D.
NIM : 14150079 : Arifatul Laili
NIM : 14150080 : Erma Yola Sari
NIM : 14150091 : Yulita Basilla
PRODI D III KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya keoada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah tepat pada waktunya yang berjudul “ Teori Hendrik Blum”.
Makalah ini ditulis untu memenuhi kebutuhan dan tuntutan
perkembangan ilmu kebidanan. Makalah ini telah disesuaikan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya pada mata kuliah Ketrampilan Dasar
Kebidananprogram pendidikan Kebidanan.
Makalah ini terdiri atas 3 Bab, yang diantaranya berisi
tentang :
Teori Hendrik Blum beserta penjelasannya, Konsep Blum dan Taksonomi Blum.
Teori Hendrik Blum beserta penjelasannya, Konsep Blum dan Taksonomi Blum.
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir
Yogyakarta, 01
oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1
A.
LATAR BELAKANG........................................................................
1
B.
RUMUSAN MASALAH....................................................................
1
C.
TUJUAN MASALAH........................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
2
A.
TEORI HENDRIK L BLUM..............................................................
2
B.
KONSEP BLUM.................................................................................
3
C.
DERAJAT KESEHATAN..................................................................
6
D.
TAXONOMI HENDRIK L BLUM....................................................
8
BAB III PENUTUP...................................................................................
10
A.
KESIMPULAN...................................................................................
10
B.
SARAN...............................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan
diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan
kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas
Kesehatan, 2007).
Berhasilnya
pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku
masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya
guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan
tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan di Indonesia masih jauh dari
yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi.
Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan
sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin
marak khususnya di wilayah Indonesia Timur, prioritas kesehatan rendah, serta
tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
Sebagian
masyarakat berpendapat bahwa kebijakan pemerintah lah yang salah, sehingga
masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya. Akan tetapi,
kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Karena
bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam
menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, selain pemerintah masih banyak
lagi faktor-faktor atau determinan yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah teori Hendrik L Blum itu ?
2.
Bagaimanakah konsepHendrik L Blum itu ?
3.
Bagaimanakah derajat kesehatan itu ?
4.
Bagaimanakah taxonomi Hendrik L Blum itu ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu definisi dari teori Hendrik L
Blum.
2.
Untuk mengetahui bagaimana konsep dari Hendrik L Blum.
3.
Untuk mengetahui apa itu derajat kesehatan.
4.
Untuk mengetahui bagaimana taxonomi dari Hendrik L
Blum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Hendrik L Blum
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih
relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi
sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.
Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam
menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan
faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor
perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang
mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara
faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling
besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.
Di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini maka
cara pandang kita terhadap kesehatan juga mengalami perubahan. Apabila dahulu
kita mempergunakan paradigma sakit yakni kesehatan hanya dipandang sebagai
upaya menyembuhkan orang yang sakit dimana terjalin hubungan dokter dengan
pasien (dokter dan pasien). Namun sekarang konsep yang dipakai adalah paradigma
sehat, dimana upaya kesehatan dipandang sebagai suatu tindakan untuk menjaga
dan meningkatkan derajat kesehatan individu ataupun masyarakat (SKM dan
masyarakat).
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum
memandang pola hidup sehat seseorang secara holistik dan komprehensif.
Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan
penyakit melainkan upaya yang berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal
ini memegang kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter
dengan pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung
menyentuh masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program
lebih dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung
tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru,
paradigma sakit yang digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada
penyembuhan pasien sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan
sebagai tenaga medis dan paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah
lama ditinggalkan karena secara financial justru merugikan Negara. Anggaran
APBN untuk pendanaan kesehatan diIndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar
digunakan untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan
pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus
menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya
pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya
preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).
Namun yang terjadi anggaran untuk meningkatkan derajat
kesehatan melalui program promosi dan preventif dikurangi secara signifikan.
Akibat yang ditimbulkan adalah banyaknya masyarakat yang kekurangan gizi, biaya
obat untuk puskesmas meningkat, pencemaran lingkungan tidak terkendali dan
korupsi penggunaan askeskin. Dampak sampingan yang terjadi tersebut dapat
timbul karena kebijakan kita yang keliru.
B. KONSEP BLUM
Semua Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam
menjaga kesehatan warga negaranya. Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak
mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang
berbobot. Kondisi yang berseberangan dialamiIndonesiasebagai Negara agraris,
segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan
kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakatkotayang
mengalami kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan
wilayahIndonesiapotensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena
wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung.Adaapa dengan pemerintah?.
Satu jawaban yang pasti seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan
pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang
dibuat cuma dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji,
masing-masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di
samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat
pada dirinya.
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat
memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini
dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam
diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik
tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan
paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih
dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga
harus dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat.
Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek.
Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam
menyukseskan program-program kesehatan.
2. Lingkungan
Lingkungan
memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.
Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan
hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya.
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita
meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk
dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan
kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat
dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab.
Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu
kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan
lingkungan dimana berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga
kesehatan lingkungan masyarakat. namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga
kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari
lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan
sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial
yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain,
sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan
baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan
dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau
tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan.
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah
dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang
banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan
ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang
manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan.
Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah
seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan
lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat paham dan
melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
4. Genetik / Keturunan (Heriditas)
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan
???. Pertanyaan itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang.
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu
kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi
balita sebab pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita
dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya
kurang bahkan buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab
itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya
dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan
terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih
perlu terus dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus
rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan
saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas
generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
C. Derajat Kesehatan Masyarakat
Menurut
Hendrik L.Blum (1974), terdapat empat faktor utama yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, yaitu : lingkungan, perilaku manusia, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan
beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan
mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai
pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Gumilar, 2004). Gambar
1 menjelaskan hubungan antara faktor lingkungan, perilaku manusia,
pelayanan kesehatan, dan keturunan terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Selain itu Hendrik L
Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan,
yaitu :
1. Life spam: yaitu lamanya usia
harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga dipandang sebagai derajat
kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
2. Disease or infirmity: yaitu keadaan
sakit atau cacat secara fisiologis dan anatomis dari masyarakat.
3. Discomfort or ilness: yaitu keluhan sakit
dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity: yaitu
ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan
menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5. Participation in health care: yaitu
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya
untuk selalu dalam keadaan sehat.
6. Health behaviour: yaitu perilaku
manusia yang nyata dari anggota masyarakat secara langsung berkaitan dengan
masalah kesehatan.
7. Ecologic behaviour: yaitu perilaku
masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
8. Social behaviour: yaitu perilaku
anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga, komunitas dan bangsanya.
9. Interpersonal relationship: yaitu
kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
10. Reserve or positive health: yaitu
daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota
masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
11. External satisfaction: yaitu rasa
kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan sosialnya meliputi rumah,
sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi.
12. Internal satisfaction: yaitu
kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat
Menurut Hendrik L. Bloom ada empat faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyakarat yaitu lingkungan , perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan.
Dari bagian tersebut dapat dilihat bahwa faktor yang
paling mempengaruhi derajat kesehatan adalah faktor lingkungan, kemudian
disusul oleh faktor perilaku pelayanan kesehatan dan terakhir keturunan.
Uraian faktor – faktor tersebut adalah :
1.
Lingkungan hidup
Fisik
: sampah, air, udara, perumahan dsb.
Sosial
: kebudayaan , pendidikan, ekonomi ( interaksi manusia )
Biologi :
hewan , jasad remik, tetumbuhan.
2.
Perilaku
·
Merupakan adat atau kebiasaan dari masyarakat.
·
Sehat tidaknya lingkungan dan keluarga tergantung
perilaku.
3.
Pelayanan kesehatan
Peranan
pelayanan kesehatan adalah :
·
Menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan penyakit pengobatan, dan perawatan kesehatan.
·
Dipengaruhi oleh faktor lokasi atau jarak ke tempat
pelayanan kesehatan sumber daya manusia, informasi kesesuaian program pelayanan
kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.
4.
Keturunan
Faktor keturunan adalah faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir. Sebagai contoh : diabetes mellitus, asma, epilepsy,
retardasi mental, hipertensi, buta warna dll.
Upaya-upaya kesehatan masyarakat
1. Promotif
Adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan ,meliputi
usaha-usaha untuk peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan , olahraga teratur dan istirahat cukup
sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Preventif
Adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit meliputi
usaha-usaha pemberian imunisasi (bayi, anak, bumil). Pemeriksaan kesehatan
berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3. Kuratif
Adalah nusaha yangditujuikan kepada orang yang sakit untuk diobati secara
tepat dan adekuat sehinga kesehatan pulih.
4. Rehabilitative
Adalah nusaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari
penyakit yang dideritanya ,untuk memperbaiki kelemahan pisik mental dan sosial
pasien sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya meliputi latihan-latihan
terpogram pisioterafi.
D. TAXONOMI BLOOM
Taksonomi berasal dari bahasaYunani tassein berarti
untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti
klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-sampai pada kemampuan
berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan
pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan
dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan
dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan
fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ranah kognitif menggolongkan dan
mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan.
Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa
kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga
mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam
keterampilan terbaiknya
sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya.
sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya.
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan
perkembangan dan
kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil
perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating
yang sebelumnya tidak ada.
kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil
perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating
yang sebelumnya tidak ada.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk
mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap
aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan
lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan
sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang
positifyang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal. Dengan teori
Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal
yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4
aspek utama determinan kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan.
B.
Saran
Melihat
kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran
aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia
layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta
jalan pengembangan kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.
Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan
dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah
setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat dalam
pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan
masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan
merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran,
pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes,
Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem
kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan
melibatkan masyarakat semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin
dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK,
Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya serta
didukung oleh MUSPIDA setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan
Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.
Go
Nursing. 2008. Keperawatan Keluarga Sebuah Pengantar. http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/07/keperawatan-keluarga-sebuah-pengantar/. 09-10-2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar