Pelayanan kebidanan mempunyai tujuan yang mulia, melindungi dan mempromosikan kesehatan perempuan, terutama membantu perempuan hamil dan keluarganya. Pelayanan yang diberikan agar perempuan dan keluarganya memperoleh penyesuaian emosional dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, serta menjamin calon ibu mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan informasi yang cukup untuk memasuki masa menjadi ibu (motherhood) dengan peran dan tanggungjawab yang benar dan tepat (Pairman, S. & Picombe, J., 1999). Menyikapi tujuan ini, maka bidan selain bekerja secara mandiri juga bekerja sama/ kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam mengupayakan pelayanan kebidanan agar dapat dilakukan secara paripurna dan berkesinambungan.
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang paripurna dan berkesinambungan akan berorientasi pada asuhan kebidanan yang bersifat holistik, meliputi pemahaman aspek – aspek sosial, emosional, kultural, spiritual, psikologikal dan fisik perempuan. Asuhan kebidanan yang diberikan ini berdasarkan bukti – bukti nyata yang terbaik dan terkini, sehingga bidan harus mampu memberikan nasihat, informasi dan fasilitas yang dibutuhkan perempuan agar mereka mampu berpartisipasi serta mengambil keputusan untuk peningkatan kesehatannya. Pelayanan kebidanan pada dasarnya sejalan dengan perkembangan obstetrik, namun masing – masing mempunyai lingkup praktik tersendiri.
Survey tentang kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND, 2010) melalui pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan bidan yang ramah, terampil dan tanggap dibidangnya. Mencermati harapan masyarakat tersebut, sudah selayaknya organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan kebidanan (IBI dan AIPKIND) menyusun suatu standar kompetensi bidan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan, agar lulusan yang dihasilkan dapat memberikan pelayanan kebidanan berkualitas. Standar kompetensi bidan ini disusun berdasarkan body of knowledge, filosofi dan paradigma pelayanan kebidanan dengan mengacu pada Permenkes No. 369/ Menkes/ SK/ III/ 2007, tentang Standar Profesi Bidan, Permenkes No. 161/ Menkes/ PER/ I/ 2010 tentang registrasi tenaga kesehatan dan Permenkes No 1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan serta essential competencies International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2010.
- Untuk mengetahui definisi tentang standar kompetensi bidan.
- Untuk mengetahui standar kompetensi bidan khusunya kompetensi 4-6.
- Untuk mengetahui penerapan standar kompetensi bidan dalam praktik lahan khususnya kompetensi 4-6.
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan yaitu metode kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data – data yang berhubungan baik melalui media internet maupun materi kuliah yang diberikan oleh dosen pembimbing/ pengajar.
A. Definisi
Kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman, dan tanggung jawab sesuai dengan standar dengan syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (PP IBI, 2004). Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yang merupakan kopetensi minimal yang mutlak diberikan oleh bidan persalin dan kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk mendukung tugas bidan dalam memenuhi perkembangan iptek (PP IBI,1997). Mengacu pada Permenkes 572 tahun 1996 tentang registrasi dan praktik bidan serta memperhatikan kompetensi bidan yang di susun oleh ICM, pada Februari 1999, disusun kompetensi bidan Indonesia dan disahkan pada KONAS IBI XII di Denpasar Bali. Kompetensi dan wewenang bidan Indonesia terdiri atas Kompetensi 1-9 dan wewenang bidan sesuai pasal 18 Kepmenkes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002.
B. Standar Kompetensi Bidan
1. Pengetahuan Umum, Ketrampilan dan Perilaku yang Berhubungan dengan Ilmu-ilmu Sosial, Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Profesional
Kompetensi ke-1: Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
2. Pra Konsepsi, KB dan Ginekologi
Kompetensi ke-2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.
3. Asuhan Konseling Selama Kehamilan
Kompetensi ke-3: Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi, meliputi : deteksi dini, pengobatan dan rujukan.
4. Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran
Kompetensi ke-4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
5. Asuhan Pada Ibu Nifas dan Menyusui
Kompetensi ke-5: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
6. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Kompetensi ke-6: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
7. Asuhan Pada Bayi dan Balita
Kompetensi ke-7: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).
8. Kebidanan Komunitas
Kompetensi ke-8: Bidan merupakan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9. Asuhan pada Ibu/Wanita dengan Gangguan Reproduksi
Kompetensi ke-9: melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
Kompetensi 4
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
a. Pengetahuan Dasar
1. Fisiologi persalinan.
2. Anatomi tengkorak bayi, diameter yang penting dan petunjuk.
3. Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran.
4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan.
5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa.
6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
8. Proses penurunan kepala melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga/ pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat.
11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar aterus.
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernafasan, kehangatan dan pemberian ASI/PASI.
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antarbayi dan ibunya bila dimungkinkan.
14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASi eksklusif.
15. Menejemen fisiologi kala III.
16. Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotik dan sedativa.
17. Indikasi tindakan kegawatdaruratan kebidanan seperti: distrosia bahu, asfiksia neonata, retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.
18. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
19. Indikator komplikasi persalinan misalnya: perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distocia karena inersia uteri primer, post term dan preterm serta tali pusat menumbung.
20. Prinsip Manajemen Kala III, secara fisiologis.
21. Prinsip Manajemen aktif kala III.
b. Pengetahuan Tambahan
1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi.
2. Pemberian suntikan anastesi lokal.
3. Akselarasi dan induksi persalinan.
c. Keterampilan Dasar
1. Pengumpulan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin.
4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban dan proporsi panggul dengan bayi.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partagraf.
7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarga.
8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang adekuat selama persalinan.
9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
10. Melakukan amniotomi pada pembukaan servik lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi.
11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
14. Melaksanakan manajemen aktif kala III.
15. Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa.
16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit.
17. Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversi uteri dalam kala III.
18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar.
20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang, partus macet, kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
23. Melakukan pengeluaran plasenta secara manual.
24. Mengelola perdarahan post partum.
25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawatdaruratan dengan tepat waktu sesuai indikasi.
26. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/tali kasih ibu dan bayi baru lahir.
27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
28. Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.
d. Keterampilan Tambahan
1. Menolong kelahiran presentasi dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat.
2. Memberikan suntikan anastesi lokal jika diperlukan.
3. Melakukan ekstraksi forsep rendah dan vakum jika diperlukan sesuai kewenangan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, ditorcia bahu, gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat.
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.
8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi dan persalinan dan penanganan perdarahan post partum.
Contoh penerapannya :
o Bidan harus mengetahui indikator komplikasi persalinan seperti ketika tali pusat melilit. Biasanya kebanyakan orang awam langsung memotong tali pusat begitu saja dan tidak menggunakan alat yang steril. Disini bidan juga dituntut untuk bisa mengetahui manajemen fisiologi dan prinsip manajemen aktif kala III (ketika plasenta lahir).
o Bidan harus mempunyai kemampuan untuk memberi pelayanan yang bukan hanya memprioritaskan materi keuangan. Yang mampu memberi upaya keselamatan atau memberi ketenangan kepada ibu yang akan bersalin ataupun kepada keluarga yang mendampingi agar proses persalinan lancar dan tidak terjadi kericuhan ataupun kegelisahan pada kedua belah pihak. Melakukan tindakan persalinan yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan, memberikan fasilitas yang memadai dan mendukung.
Kompetensi 5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
a. Pengetahuan Dasar
1. Fisiologi nifas.
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
4. Kebutuhan nutrisi nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
7. Bonding dan attachement orangtua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif.
8. Indikator subinvolusi misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi.
9. Indikator masalah-masalah laktasi.
10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginaan menetap, sisa plasenta, renjatan (shock) dan preeklamsi post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinensia alvi.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selam dan sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.
b. Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan, dan kelahiran.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
3. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
4. Merumuskan diagnisa masa nifas.
5. Menyusun perencanaan.
6. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
7. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
8. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu.
9. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
10. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal sisa plasenata, renjatan dan infeksi ringan.
11. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan.
12. Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca absorsi.
13. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
14. Memberikan antibiotika yang sesuai.
15. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
c. Keterampilan Tambahan
Melakukan insisi pada hematoma vulva.
Contoh penerapannya :
- Bidan harus memberikan asuhan menyusui yang benar. Misalnya dengan menerapkan Rooming in yaitu dimana ibu dan anak tidak dipisahkan setelah persalinan dan bayi dibersihkan terlebih dulu, dengan bayi ditelungkupkan di dada ibu agar terjadi hubungan positif antara batin ibu dan anak. Setelah itu berikan teknik menyusui yang benar dengan posisi simetris antara putting susu dan bayi, jangan sampai hidung tertekan atau tertutup, karena biasanya kebanyakan orang tidak memperhatikan posisi menyusui sehingga banyak kejadian bayi meninggal tak terduga akibat posisi menyusui yang tidak benar. Selain itu, berikan juga pengetahuan tentang pemberian ASI dan mendukung pelaksanaan pemberian ASI ekslusif yaitu sampai bayi berusia 6 bulan.manfaatnya adalah agar bayi terhindar dari alergi dan dapat pula meningkatkan kecerdasan bayi, membantu pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara sang ibu.
-
Kompetensi 6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
a. Pengetahuan Dasar
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
2. Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, bonding dan attechement.
3. Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya nilai APGAR.
4. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5. Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
6. Memberikan imunisasi pada bayi.
7. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti: caput, molding, mongolian spot, hematoma.
8. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi lahir normal seperti: hypoglikemi, hypotrmi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus.
9. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
10. Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi.
11. Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.
12. Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti: trauma intracranial, fraktur clavikula, kematian mendadak, hematoma.
b. Pengetahuan Tambahan
Sunat dan tindik pada bayi perempuan.
c. Keterampilan Dasar
1. Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan dan merawat tali pusat.
2. Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
3. Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
4. Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
5. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus pada bayi baru lahir dan schreening untuk menemukan adanya tanda kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup.
6. Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.
7. Memberikan imunisasi pada bayi.
8. Mengajarkan pada orangtua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus membawa bayi untuk minta pertolongan medik.
9. Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir seperti: kesulitan bernafas/asphyksia, hypotermi, hypoglikemi.
10. Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila dimungkinkan.
11. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
d. Keterampilan Tambahan
1. Melakukan penilaian masa gestasi.
2. Mengajarkan pada orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dan asuhannya.
3. Membantu orangtua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya yang tersedia di masyarakat.
4. Memberikan dukungan kepada orangtua selama berduka cita yang sebagai bayi dengan cacat bawaan, keguguran atau kematian bayi.
5. Memberi dukungan kepada orangtua selama bayinya dalam perjalanan rujukan diakibatkan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.
6. Memberi dukungan pada orangtua dengan kelahiran ganda.
7. Melaksanakan tindik dan sunat pada bayi perempuan.
Contoh penerapannya :
- Berikan pengetahuan bagaimana dan kapan harus memandikan bayi baru lahir. Kebanyakan orang langsung meandikannya, sebenarnya untuk mencegah terjadinya hipotermia bayi dimandikan setelah 4-6 jam setelah ia lahir. Karena dalam tubuh bayi terdapat putih lemak yang berfungsi untuk melindungi bayi yang sedang transisi dari rahim ke luar rahim. Lalu, kita juga harus memberikan penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal serta asuhannya.
- Kondisi bayi baru lahir akan mengalami kebutuhan nutrisi yang bermutu tinggi, apalagi dengan kondisi dia yang mudah sekali terkena penyakit. Tidak hanya sang ibu saja yang harus memenuhi kebutuhan nutrisinya, maka peran bidan disini yaitu dengan melakukan pendekatan pada sang ibu dan keluarga agar klien lebih peduli akan perkembangan sang bayi, apalagi dimasa yang emas ini.
Standar kompetensi bidan yang terdiri dari 9 poin dimana didalamnya terdapat pengetahuan dasar, pengetahuan tambahan, keterampilan dasar dan keterampilan tambahan. Merupakan modal seorang bidan untuk menjalankan praktiknya.
1. Diharapkan kita sebagai calon bidan bisa menguasai standar kompetensi bidan yang berlaku.
2. Diharapkan jika sudah praktik nanti kita bisa mempraktikkan standar kompetensi tersebut dalam pelayanan, bukan sekedar teori saja.
Error! Hyperlink reference not valid. Pendahuluan Survei Demografi Indonesia. Diakses Jumat, 18 Oktober 2013, 09.35 WITA, from http://www.bkkbn.go.id.
Kompetensi Bidan di Indonesia, diakses 28 april 2015, from https://rhennynouvizani.wordpress.com/2012/11/25/kompetensi-bidan-di-indonesia
Http://kikiaug.blogspot.com
4 juni 2015 01:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar